Sabtu, 29 Mei 2010

Rational Emotif theory

BAB I
PENDAHULUAN



Permasalahan hidup yang semakin kompleks dan rumit sangat terasa di era yang global ini, mulai dari permasalahan , sosial ekonomi, politik, keluarga dan masih banyak lagi permasalahan hidup yang timbul sehingga sifat negatif yang ada dalam diri manusia pun terpacu untuk dapat diaktualisasikan. Tentu hal ini sangat dilematis sekali karena dari semua itu hanya akan memperburuk dan menambah masalah saja, dalam teori rational emotif yang dicetuskan oleh albert ellis berasumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat.

Dari teori tersebut dapat dipahami ketika permasalahan hidup semakin komplek maka potensi untuk berpikir irasional pada manusia semakin tinggi, hal ini disebabkan karena ketidak seimbangan diri antara pemikiraan rasional dan emosi diri yang membuat pemikiran irasional muncul.


Manusia memiliki kecederungan-kecenderungan untuk memelhara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan cinta mencintai, bergabung dan bersosialisasi dengan orang lain serta tumbuh mengaktualkan diri dan berpikir positif. Akan tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan kearah negatif, menyesali hidup dan kesalahan yang tak berkesudahan, intoleransi, perfeksionisme dan mencela diri,menghindari pertumbuhan dan aktulaisasi diri serta hal-hal negative yang lain yang tak sedikit berujung pada tindakan-tindakan penyimpangan dan kriminalitas.


Oleh karena itu saat ini banyak sekali kita temukan permasalahan-permasalahan yang mengarah pada kehidupan efektif sehari-hari terhambat karena disebabkan banyak faktor yang sudah disebutkan diatas sehingga pemikiran-pemikiran individu sudah tak dapat lagi berpikir rasional yang membuat emosi dalam diri labil dan melakukan tindakan-tindakan menyimpang tak hanya pada lingkup masyarakat luas namun kejadian ini sudah merambah kedalam institusi sekolah, yang dimana siswa juga merasakannya dan mengganggu efektivitas kegiatan belajaar mengajar serta mengganggu potensi dan kemandirian siswa kedepannya.


Disnilah peran seorang konselor baik sebagai praktisi maupun sebagai pendidik yang professional dengan sikap peduli dan berempati untuk membantu individu-indidu agar dapat kembali berpikir jernih kearah yang rasional, baik itu dengan berbagai teknik dan teori yang ada dan sudah di pahaminya, namun dalam hal ini penulis menggunakan teori konseling rational emotif untuk membantu individu yang mengalami permasalahan yang sudah disebutkan di atas, berikut ini pemahasan berikutnya.













BAB II
PEMBAHASAN



A. Konsep Dasar Teori Konseling Rational Emotif

Teori rational emotif adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi untuk dapat berpikir rational, dalam hal ini adalah positif maupun untuk berpikir irasional atau negatif . Teori Albert Ellis ini di perkuat dalam alqur’an, surat Asy-Syams ayat 8, yaitu :

   

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”

Sangat jelas sekali dari ayat tersebut bahwa Allah sudah menanamkan dalam jiwa manusia suatu potensi yang akan mengarah, baik itu ke hal yang bersifat positif maupun negatif dan dari pernyataan tersebut, namun terserah kepada manusia itu jalan manakah yang akan ditempuhnya.

Dalam teori rational emotif, manusia tidak ditakdirkan untuk menjadi korban pengondisian awal, tapi teori rational emotif mengaskan bahwa manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan masyarakatnya. Bagaimanapun menurut teori rational emotif yang di ungkapkan oleh Albert Ellis, manusia dilahirkan dengan kecenderungan untuk mendesakkan pemenuhan keinginan-keinginan, tuntutan-tuntutan, hasrat-hasrat, dan kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya namun jika tidak segera mencapai atau tidak sesuai dengan apa yang di inginkannya, mannusia mempersalahkan dirinya sendiri ataupun orang lain, memang kalo kita kembali pada ajaran agama bahwa padasarnya juga manusia diciptakan dalam keadaan berkeluh kesah, apalagi ketika kenyataan yang di terimanya tidak sesuai dengan apa yang di harapkan, namun keimanannya lah yang akan menguatkannya menjadi orang yang sabar, ikhlas dan mampu mensyukuri semua nikmat yang telah di anugerahkan Allah kepada dirinya sehingga dia mampu keluar dari masalah dan mendapatkan solusi dalam penyelesaian masalahnya, sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh Allah SWT dalam alqur’an

      •    

200. Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.

Teori rational emotif menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi, dan bertindak secara simultan. Jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan-perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atas suatu situasi yang spesifik.

Pandangan yang penting dari teori rasional-emotif adalah konsep hahwa banyak perilaku emosional individu yang berpangkal pada “self-talk:” atau “omong diri” atau internatisasi kalimat-kalimat yaitu orang yang menyatakan kepada dirinya sendiri tentang pikiran dan emasi yang bersifat negatif. Adanya orang-orang yang seperti itu, menurut Eilis adalah karena: (1) terlalu bodoh untuk berpikir secara jelas, (2) orangnya cerdas tetapi tidak tahu bagaimana berpikir secara cerdas tetapi tidak tahu bagaimana herpikir secara jelas dalam hubungannya dengan keadaan emosi, (3) orangnya cerdas dan cukup berpengetahuan tetapi terlalu neurotik untuk menggunakan kecerdasan dan pengetahuan seeara memadai. RET dimulai dengan ABC:

A. Adalah activating experiences atau pengalaman-pengalaman pemicu, seperti kesulitan-ke¬sulitan keluarga, kendala-kendala pekerjaan, trauma-trauma masa kecil, dan hal-hal lain yang kita anggap sebagai penye¬bab ketidak bahagiaan.

B. Adalah beliefs, yaitu keyakinan-ke¬yakinan, terutama yang bersifat irasional dan merusak diri sendiri yang merupakan sumber ketidakbahagiaan kita.

C. Adalah consequence, yaitu konsekuensi-konsekuensi berupa gejala neurotik dan emosi-emosi negatif seperti panik, dendam dan amarah karena depresi yang bersumber dari keyakinan-¬keyakinan kita yang keliru.

Ellis menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus me¬lawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psi¬kologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.

B. Tujuan Konseling RET

Tujuan utama konseling rasional-emotif

Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan klien yang irasional dan logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkat self actualization seoptimal mungkin melalui perilaku kognitif dan afektif yang positif.

Menghilangkan ganguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri
Secara lebih khusus Ellis ( Corey, 19867; 215) menyebutkan bahwa denga terapi rasional-emotif akan tercapai pribadi yang ditandai dengan:

a) Minat kepada diri sendiri
b) Minat sosial
c) Pengarahan diri
d) Toleransi terhadap pihak lain
e) Fleksibilitas
f) Menerima ketidakpastian
g) Komitmen terhadap sesuatu diluar dirinya
h) Berpikir ilmiah
i) Penerimaan diri
j) Berani mengambil resiko
k) Menerima kenyataan

C. Teknik Konseling Rasional Emotif

Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien, yaitu sebagai berikut :

1.Teknik-Teknik Emotif (Afektif)

a. Assertive adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.

b. Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
c.Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.

2. Teknik-teknik Behavioristik

a.Reinforcement
Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Teknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irasional pada klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif.

b.Social modeling
Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.

3.Teknik-teknik Kognitif

a.Home work assigments
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan.
Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru.
Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor, Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap tanggung jawab, kepercayaan diri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya klien kepada konselor.

b.Latihan assertive

Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial.
Maksud utama teknik latihan asertif adalah :
a) Mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya
b) Membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain
c) Mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri dan
Meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.
Teknik yang diterapkan dalam rational emotif sangat lah pas dalam membantu individu bermasalah untuk mengatasi problemnya, namun sangatlah baik jika dalam panerapan teori rational emotif ini, seorang praktisi, konselor ataupun pendidik memasukkan juga nilai-nilai spiritual untuk meningkatkan sisi keimanan individu bersangkutan, karena iman ini lah yang menjadi landasan awal manusia dalam berpikir rasional, sehingga ia mampu bersabar, ikhlas dan mensykuri semua apa yang ada dan dimikinya yang akhirya akan merasakan kedamaian, kebahagiaan, serta mampu memandang secara positif setiap apa yang terjadi dalam perjalanan hidupnya.





BAB III
KSIMPULAN



Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya manusia itu memiliki kecenderungan untuk berfikir yang rasional atau logis, di samping itu juga ia memiliki kecenderungan untuk berfikir tidak rasional atau tidak logis,kedua kecenderungan yang di miliki oleh manusia ini akan nampak dengan jelas dan tergambar dalam bentuk tingkah laku yang nyata.

Dengan kata lain dapat di jelaskan bahwa apabila seseorang telah berfikir rasional atau logis yang dapat di terima dengan akal sehat, maka orang itu akan bertingkah laku yang rasional dan logis pula. Tetapi sebaliknya apabila seseorang itu berfikir yang tidak rasional atau tidak bisa di terima oleh akal sehat maka ia akan menunjukan tingkah laku yang tidak rasional. Pola berfikir semacam inilah oleh Ellis yang di sebut sebagai penyebab bahwa seseorang itu mengalami gangguan emosional.

Adapun peran dari teori konseling rational emotif ini yaitu bagaimana membantu individu bersangkutan yang memiliki masalah berkaitan dengan ketidak rasionalannya dalam menerima keadaan serta tidak mampu memahami situasi yang terjadi dalam dirinya sehingga mampu kembali berpikir rasional dan mampu bersikap positif dalam penyelesaian masalahnya, dan tentunya agar proses bantuan dalam konseling rational emotif ini lebih efektif maka sebaiknya harus dimasukkan sisi-sisi spiritualnya.






DAFTAR PUSTAKA


Geral Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Refika Aditama, Bandung, 2009.

http://www.cahyasunandar.co.cc/2009/06/teori-rasional-emotif.html,25-5-2010.8:22

http://faizperjuangan.wordpress.com/2008/04/23/resume-pendekatan-rational-emotive-theory-ret/.25-5-2010,8:28